Tuesday, September 18, 2007


Renungan : Ibu Rumah Tangga

Jujur saja, waktu saya masih bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, dan ketika itu saya masih belum menikah, bagi saya sosok seorang ibu rumah tangga, adalah sosok wanita yang lemah dan pasif, karena tergantung pada penghasilan seorang suami.

Namun pandangan saya saat ini berubah, ketika saya menikah dan merasakan ternyata menjadi seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah. Ia harus berbagi perhatian antara dirinya, suami dan juga buah hatinya.

Selain itu untuk mengurus anak, ternyata bukan cuma memberi makan, memandikan, dan bermain, namun juga harus banyak membaca tumbuh kembangnya pertumbuhan sang anak, melatihnya setiap pertumbuhan, mulai dari toilet training, sampe saat ia masuk sekolah dan mulai terjun ke dunia masyarakat nantinya.

Belum lagi dibutuhkan kesabaran yg tak terhingga, disela² kepenatan yg tak terhingga ia harus tetap siap memberikan bantuan untuk anak, dan suaminya, kapan saja dibutuhkan, belajar mengatur keuangan keluarga, belajar bersabar ketika harus mendengarkan keluh kesah suami yg membutuhkan tempat penumpahan uneg² dan anak yg membutuhkan penumpahan uneg².

Selain itu ibu rumah tangga juga tetap harus menjaga dirinya dengan pihak orang tua dan keluarganya, baik dari pihak suami maupun dari pihak dirinya.

Tidaklah heran kalau Allah SWT memberikan pahala yang besar terhadap sosok ibu rumah tangga. Seorang istri yang mendapatkan ridho suami saat di akherat kelak akan bisa memasuki pintu surga darimana pun ia kehendaki.

Selamat bagi para wanita rumah tangga, tidak ada pekerjaan yang lebih mulia dari sosok seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk keluarga, mendidik dan berbakti pada suami, dengan niat untuk ibadah dan menjaga amanat Allah yg ada di pundaknya. Anak adalah amanat Allah yg dititipkan di pundaknya, dan suami juga amanat Allah SWT yg harus dijaga pula.

Terakhir saya ucapkan : Selamat Menjalankan Ibadah Syaum Ramadhan, Mohon dibuka kan pintu maaf selebar²nya, agar kita bisa menjalankan ibadah Syaum ini dengan bersih tanpa ada kesalahan maupun kekhilafan.

wassalam,

Wednesday, September 05, 2007

Menguak Tabir Bulan Bertabur Berkah
Majalah Hikayah,Edisi Spesial Ramadhan 1424/Nov 2003, hal: 48
Ramadhan adalah bulan yang paling mulia, harinya penuh dengan nilai, malamnya penuh gemerlap keberkahan. Ia datang setelah setahun tak berkunjung, mengobati kerinduan orang² saleh yang selalu menanti kehadirannya.

Allah SWT telah memberikan kehormatan yang sangat tinggi kepada Ramadhan, pada bulan ini Al-Quran al-Karim sebagai pedoman hidup umat manusia diturunkan dari lauh all-Mahfuzh ke langit dunia yang kemudian turun ke bumi melalui Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Sebagaimana disebutkan dlm surah Al-Baqarah : 185 yang berbunyi :
" Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk manusia dan penjelasan² mengenai petunjuk² itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)"

Berpijak dari ayat tsb, pada sebagian orang, Ramadhan dijadikan sebagai ajang untuk berlomba² memperbanyak khatam (menamatkan) Al-Quran.

Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW menerangkan bahwa bulan suci Ramadhan terbagi dalam tiga fase, yaitu :
1. Sepuluh Hari Pertama
Orang yang beribadah pd sepuluh hari pertama akan diturunkan kasih sayang (Rahmah) Allah SWT ke muka bumi ini.
2. Sepuluh Hari Kedua
Orang yang beribadah pd sepuluh hari kedua akan dibukakan ampunan (maghfirah) dari Allah SWT.
3. Sepuluh Hari ketiga
Orang yang beribadah pd sepuluh hari ketiga akan dijauhkan dirinya dari panasnya api neraka (itqum min an-naar).

Sepuluh Hari Pertama adalah, babak penyisihan, maka pada babak tsb tdk heran jika orang yang ikut melakukan ibadah puasa, tarawih, dan lainnya sangat banyak, bahkan seorang ahli maksiat dan tak pernah shalat pun turut serta di dalamnya.

Sepuluh Hari Kedua adalah, babak semi final, maka mulai terseleksi kesungguhan orang yang benar² melakukan amaliyah Ramadhan. Orang yang niatnya hanya ikut-ikutan dan tidak berdasarkan di hati, pada sepuluh hari kedua ini akan kandas dari kompetisi dan kembali kehabitatnya semula.

Sepuluh Hari Ketiga adalah, babak final, maka sudah terlihat orang yang benar² istiqamah. Biasanya pada fase ini pesertanya hanya sedikit, dan memang jiwanya sudah terpupuk nilai keimanan. Orang tsblah yang berhak meraih kemenangan, dan keluar dari Ramadhan laksana bayi yang baru lahir.

wassalam,