Sunday, November 02, 2008


Jangan Pandang Sebelah Mata

Ketika saya duduk di dalam Bus, seorang ibu bertanya kepada saya, "Darimana ?"Dari Indonesia, kata saya menjawab sambil senyum. "Kerja dimana ?" katanya lagi. "Oh, saya Ibu Rumah Tangga, jawab saya kembali. Seketika wajah ramah sang ibu tadi berubah menjadi sedikit asam, hmm..., katanya singkat. Ini bukan yg pertama kali respond yg saya terima seperti ini. Seorang ibu asal Afrika bertanya kepada saya ketika saya menjemput anak saya, "Kerja dimana ?", lagi² saya menjawab dengan senyum dan bangga, saya Ibu Rumah Tangga, Oh...., katanya dan langsung diam, tidak bertanya lagi.

Heran..., ada apakah dengan kata Ibu Rumah Tangga. Bukankah seorang Ibu Rumah Tangga itu juga seorang pekerja, pekerja di rumah, merawat rumah, suami, anak, belanja, masak, nyuci, tidak mengenal libur, tidak mengenal jam kerja. Kalo pekerja kantoran, dia mengenal waktu libur, mengenal batas jam kerja. Kalo pekerja kantoran digaji oleh perusahaan atau tempat bekerja, ya kalo Ibu Rumah Tangga dpt gaji pahala oleh Allah SWT, jadi sebenarnya kan sama² pekerja.

Menjadi Ibu Rumah tangga tidak hanya ngoyo kerja dan masak saja, tapi juga harus sabar, karena otomatis jadwal kerjanya lebih banyak dan lebih lelah, dia juga harus banyak baca buku tentang perkembangan anak, membantu anak dalam menyelesaikan pelajarannya di sekolah, belajar resep makanan baru dll.

Belum habis masa heran saya, seorang teman mengatakan, "Kasihan ya mbak ini, dulu kerja sekarang enggak?" saya agak terkejut juga dengarnya, karena toh dia dulu juga Ibu Rumah Tangga, baru sebentar kerja sudah langsung berubah". Padahal teman² saya di kota tempat saya tinggal dulu, belum pernah ada yg mengucapkan kata seperti itu ke saya, mereka adalah perawat, ada lagi asisten dokter gigi, kerja kantoran, tp enggak ada yg berkata begitu.

Hm....., memang posisi Ibu Rumah Tangga hanya dipandang sebelah mata, padahal Allah SWT sendiri memberi ganjaran pahala kepada para Ibu Rumah Tangga yg dengan ikhlas bekerja merawat suami dan anaknya.

Bukan pekerjaan yg menjadi kewajiban para wanita, tapi kewajiban wanita adalah pada suami dan anaknya. Kelak di akherat nanti, Allah SWT akan menanyakan pertanggung jawaban wanita tsb sebagai ibu terhadap anaknya, dan wanita tsb sebagai istri terhadap suaminya.

Namun memang bukan berati wanita dilarang bekerja, mereka boleh bekerja di kantoran, atau di perusahaan, namun harus tetap menjalani kewajibannya sebagai ibu dan istri.

wassalam,
mbak diah