Tuesday, August 14, 2007


Tarbiyah Pertama

Seorang wanita masih muda, begitu marah terhadap guru pengajar anaknya, disebabkan anaknya bukan saja tidak naik kelas, tapi juga nakal sekali.

Kasus di atas sering sekali dijumpai di masyarakat kita, dimana orang tua telah merasa cukup menyerahkan anaknya kepada sekolah dan guru pengajarnya. Padahal kalaulah kita pikirkan, berapalah banyaknya perhatian yg dapat diberi seorang guru, untuk murid² yang jumlahnya tidak sedikit, belum lagi terbatasnya waktu mengajar dalam sehari. Namun sayang sekali, hal ini sering kali kurang disadari para orang tua murid, yg sering kali mereka merasa kecewa, karena merasa sudah mengirim anaknya ke sekolah yg diharapkan mampu mendidik anaknya dengan baik, ternyata di luar dugaan, belum lagi mereka merasa rugi, karena telah mengeluarkan uang yg tidak sedikit untuk mengirim anaknya ke sekolah tersebut. Lalu apakah sekolah dan guru tersebut dapat disalahkan 100% akan hasil yg diperoleh ?

Bicara masalah pendidikan atau tarbiyah, sebenarnya tarbiyah wajib diberikan oleh seorang ibu, mulai dari sang buah hati di dalam perut. Sang ibu tidak cukup mengkonsumsi makanan bergizi saja, tapi juga mulai dengan pendidikan awal, misalkan mengajaknya setiap kali akan pergi sholat fardu, membaca al-quran, pergi ke pengajian, dan mengajaknya bercakap cakap. Berdasarkan pengalaman seorang teman saya, ketika ia hamil, ia senang sekali menonton program sepak bola, dan ternyata sang anak pun senang sekali menonton program sepak bola.

Ketika seorang anak mulai beranjak dewasa, dan mengenal lingkungan masyarakat yg lebih luas (sekolah), maka ia mulai menyerap segala yg ia terima dari bangku sekolahnya dan lingkungan sekitarnya, hanya sayangnya hal itu diterima dalam waktu dan perhatian yg sangat terbatas. Waktu sang anak lebih banyak ia habiskan bersama orang tua mereka.

Marilah kita kembali melihat ke masyarakat, berapa banyak seorang ibu, yg tahu persis pelajaran apa saja yg diajarkan di sekolah ?, apakah anak²nya sudah membuat PR, kapan jadwal ulangan ? siapa teman² sekolah yg dekat dengannya ?, pelajaran apa saja yg ia sukai, dan ia tidak sukai ?, Sudah dapat mengajikah ia ? sudah dapat sholatkah ia? Mengapa ia tidak suka dengan pelajaran itu ? dan masih banyak lagi pertanyaan, yg terkadang terlewat dari perhatian.

Terkadang seorang anak harus menyelesaikan persoalannya sendiri, ia harus belajar membuat PRnya sendiri, ia harus menyimpan kesulitan terhadap pelajarannya sendiri, ia harus memendam setiap persoalannya, bahkan kegemilangannya yang mungkin itu adalah bakat awalnya hanya cukup sampai di situ, tanpa adanya suatu pujian dan motivasi dari orang tua yg bisa membuatnya lebih berkembang. Dan betapa bingungnya ia ketika orang tuanya memarahinya jangan begini dan begitu, tapi apa yg dilarang justru dilakukan oleh orang tuanya.

Duhai para orang tua, khususnya para ibu, janganlah kalian merasa puas menyerahkan 100% anak kalian kepada sekolah dan para guru, karena perhatian dan waktu yg dibutuhkan sang buah hati melebihi waktu yg diberikan dari bangku sekolah. Dan janganlah kalian melarang suatu perbuatan, jika apa² yang dilarang justru masih kalian lakukan, perhatikanlah buah hati tercinta, berikanlah waktu untuk buah hati kalian, karena boleh jadi, dalam waktu yg tidak engkau sangka² Allah SWT telah mengambilnya, dan saat itulah engkau akan merasakan, betapa ruginya kalian sebagai orang tua, karena tidak memiliki waktu dan perhatian untuk sang buah hati tercinta, amanat Allah SWT yg sangat mahal harganya.

wassalam,
Ibu RT

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home